Lphamri-news: Mahfud MD dituding tengah bermain politik alias punya agenda politik menjelang tahun politik 2024. Hal ini disampaikan Benny K. Harman (legislator Demokrat) karena membuka kasus dugaan pencucian uang senilai 300 T kepada publik. “Saya salah satu yang memiliki dugaan buruk. Bisa saja Mahfud ingin menjatuhkan Sri Mulyani, atau pejabat tertentu lainnya,” tuding Benny.
Tuduhan Benny tersebut langsung ditanggapi Mahfud dengan bicara panjang pada Rapat Komisi III DPR, Rabu (29/3). Mahfud memang tidak menyoal langsung tuduhan Benny akan agenda politik. Tampil bak one man show menghadapi puluhan anggota Komisi III DPR RI. Tidak pernah ada kata takut dalam kamusnya, Mahfud seperti biasanya terlihat lugas, tegas dan jelas (logika hukum). Anggota Dewan terpelongo.
Bicara soal hukum, bangsa ini masih memiliki sedikit pakar hukum, salah satunya adalah Prof Mahfud MD. Tidak ada yang meragukan pengetahuannya akan hukum, terutama hukum tata negara (konstitusi). Mahfud tidak sekadar berlatar akademisi, di mana teori hukum menjadi makanannya sehari-hari saat aktif menjadi dosen memberi kuliah hukum pada mahasiswa di Yogyakarta, maupun di beberapa kampus luar Yogyakarta.
Selain itu, Mahfud MD bisa dikatakan sebagai pendekar hukum karena tidak sekadar berbasis akademik. Dia sempat menjadi anggota DPR RI 2004-2008 (paham akan politik hukum), juga menjadi pejabat menteri pertahanan era Gus Dur (paham birokrasi), pun sebagai praktisi (pelaku hukum) saat menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi. Kini Mahfud kembali masuk dalam jajaran kabinet pemerintahan Jokowi (setelah gagal menjadi cawapres Jokowi di 2019).
Sebagai menteri, Mahfud yang memiliki nama lengkap Mahfud Mamodin, sangat dipercayai presiden Jokowi mengurusi masalah negara yang terkait dengan bidang hukum. Bahkan Mahfud ditunjuk sebagai Menteri Kordinator Politik Hukum dan Keamanan. Selain jabatan menko, Mahfud juga dipercaya menjadi Ketua Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Banyak kasus yang sudah ditangani.
Selama ini juga Mahfud tidak pernah ada pemberitaan miring terkait praktik koruptif. Artinya, dia masih mendedikasikan integritas pribadinya terhadap semua tugas yang diamanahkan bangsa dan negara. Mau apa lagi? Maka jika publik membandingkan sosok Mahfud dengan beberapa anggota dewan di Komisi III, terlihat sangat jomplang. Nyaris semua orang lebih percaya kepada Mahfud ketimbang legislator di Senayan.
Terlebih, dalam momen tersebut anggota Komisi III malah jadi gaduh sendiri, saling tunjuk dan sindir, bahkan Benny terlihat bergetar suaranya mengatakan “tidak terima” jika kasus lama (era SBY) terkuak kembali. Kejadian itu dikarenakan Mahfud menyebut DPR lucu, “Sering teriak dan protes kepada Kejaksaan. Lalu mendatangi Kejagung yang ternyata menjadi markus (mafia kasus).” Statemen itu berhasil membuat DPR “terprovokasi” dan gaduh sendiri.
Publik justru semakin senang karena bagaikan gudang yang dibakar oleh Mahfud MD, lalu tikus pada keluar menyelamatkan diri. Mahfud dianggap telah mewakili suara rakyat selama ini yang melihat DPR itu tidak ada kerjanya, malah banyak yang terkait kasus dan kena OTT. Lantas siapa wakil rakyat sesungguhnya? Mahfud atau anggota Komisi III DPR? Dalam penampakan video, Mahfud tampak tersenyum menonton perdebatan Arteta dengan Benny.
Kembali kepada pertanyaan Benny di awal tulisan, apa sesungguhnya agenda ataupun kepentingan Mahfud mengangkat kasus ini? Jika sebelumnya juga ada pertanyaan Benny kepada Ivan (PPATK), apakah presiden tahu akan laporan ini? Sebenarnya sudah bisa ditebak publik bahwa Benny ingin menyeret ataupun melibatkan presiden Jokowi. Persis seperti kasus Bank Century era SBY. Waktu itu terjadi perdebatan apakah SBY tahu akan perkembangan krisis yang sebenarnya.
Kini, bahkan media pun memberitakan bahwa presiden meminta kepada Mahfud MD untuk menyampaikan terbuka. Artinya, presiden Ten mendapat semua laporan yang diterima Mahfud sebagai pembantu presiden (atau juga bisa melalui Setkab). Presiden minta tegas kepada Mahfud untuk usut tuntas. Bisa dikatakan, ini perintah presiden (usut tuntas), bukan kepentingan Mahfud. Dan presiden sudah memahami semua konsekuensinya.
Mahfud dan Sri Mulyani merupakan salah dua dari menteri Jokowi yang profesional (masih ada Menlu Retno dan juga men PUPR, Basuki Hadimuljono, juga men BUMN Erick Thohir). Mereka orang kepercayaan Jokowi dan bisa diandalkan sesuai profesionalitas masing-masing. Sudah dijelaskan oleh Mahfud bahwa ia bersama Sri Mulyani sama-sama bertekad mengusut tuntas kasus ini. Sempat terjadi miss interpretasi di antara keduanya, karena berbeda kewenangannya.
Jikapun tuduhan Benny terbukti benar (kepentingan politik 2024) ya karena aksi Mahfud MD berani memberangus para tikus berdasi. Menjadi idola baru publik sebagai penerus Jokowi mungkin merupakan “bonus” bagi Mahfud. Karena Mahfud pernah berkata, kini dia sudah tidak tertarik berkontestasi politik, “Dulu iya (tertarik menjadi wakil presiden Jokowi). Tapi sekarang sudah tidak,” ucapnya saat bercerita kepada Denny Indrayana yang bergabung pada salah satu kandidat.
Publik meyakini bahwa Mahfud MD sosok yang mumpuni sebagai calon pemimpin bangsa ini selanjutnya. Pengalaman urusan ketata-negaraan lebih lengkap dimiliki Mahfud karena pernah duduk dan menjabat di tiga fungsi Trias Politika yang berbeda (legislatif, yudikatif dan eksekutif). Basic-nya ilmuwan dan agamawan, serta memiliki mentor politik kenegarawanan yang tidak main-main yakni Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Joko Widodo (Jokowi).